TUGAS AGAMA ISLAM
SUBSTANSI DAN DAKWAH RASULULLAH SAW DI KOTA MEKKAH
KELOMPOK IV
NAMA:
MUSTAKIM
NURLAILA. N
RICKY. G
RICKO. S
RISKA F
RAFIE L
SMAN 1 SUI AMBAWANG
X IPS I
FROFIL RASULULLAH
Sosok manusia terpopuler sepanjang masa telah lahir di padang pasir
yang tandus menjelang akhir abad ke 6 M. Namanya paling banyak disebut
dan tak tertandingi oleh tokoh dunia manapun didunia ini. Keluhuran budi
pekertinya menjadi suri tauladan bagi siapapun yang mendambakan
kedamaian dan kebahagiaan. Beliaulah yang menjadi nabi terakhir yang di
utus oleh Allah SWT kepada umat manusia dan menjadi penyempurna dari
ajaran-jaran yang di bawa oleh para nabi terdahulu, beliaulah nabi
Muhammad SAW. Mari kita lihat pendapat tokoh-tokoh ilmuwan dunia tentang
sosok nabi Muhammad SAW.
Michael Hart dalam bukunya bertajuk ‘The 100: A Ranking of the Most
Influential Persons in History’ telah menempatkan Nabi Muhammad saw
sebagai tokoh nomor 1 yang paling berpengaruh sepanjang sejarah. Apa
kata penulis “Jatuhnya pilihan saya kepada Muhammad SAW dalam urutan
pertama daftar Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin
mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang
lain. Tapi saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Muhammad SAW
satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses
luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi”.
Seorang Orientalis Jerman Bretly Hiler di dalam bukunya “Orang-Orang
Timur dan Keyakinan-keyakinan Mereka” mengatakan : “Muhammad SAW adalah
seorang kepala negara dan punya perhatian besar pada kehidupan rakyat
dan kebebasannya. Dia menghukum orang-orang yang melakukan pidana sesuai
dengan kondisi zamannya dan sesuai dengan situasi kelompok-kelompok
buas di mana Nabi hidup di antara mereka. Nabi ini adalah seorang
penyeru kepada agama Tuhan Yang Esa. Di dalam dakwahnya, dia menggunakan
cara yang lembut dan santun meskipun dengan musuh-musuhnya. Pada
kepribadiaannya ada dua sifat yang paling utama dimiliki oleh jiwa
manusia. Keduanya adalah “keadilan dan kasih sayang”.
Mahatma Gandhi, bertutur : “Ajaran yang dibawa oleh Muhammad SAW adalah
peninggalan yang paling bijaksana bukan hanya untuk muslim tapi utk
seluruh umat manusia.”
Mari kita bermuhasabah! Sebagai seorang muslim, sudahkah kita mempelajari kehidupan sejarah beliau?
1. STRATEGI DAKWAH RASULULLAH PERIODE MAKKAH
a. Masyarakat Makkah Pada Awal Penyebaran Islam
Masyarakat Makkah pada awal kenabian Muhammad SAW dikenal dengan sebutan
jahiliyah, yakni masyarakat yang tidak mengenal Tuhan yang sebenarnya
sebab patung dan batu menjadi sembahan tuhan mereka dan mereka hidup
dalam kegelapan terutama yang berkaitan dengan akhlak dan moral.
Masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dan ajaran agama Tauhid,
yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Ibrahim
A.S. Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah berhala.
Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah
(Baitullah = rumah Allah SWT) yang jumlahnya mencapai 300 lebih. Di
antara berhala-berhala yang termashyur bernama: Ma’abi, Hubal, Khuza’ah,
Lata, Uzza, dan Manat. Kebiasaan buruk lainnya dalam masyarakat
jahiliyah adalah suburnya tindak kejahatan, perjudian, mabuk-mabukan,
pertikaian antar suku, saling membunuh bahkan mengubur bayi perempuan
yang masih hidup menjadi kebiasaan mereka. Tatanan kehidupan masyarakat
tidak berjalan, yang berlaku hanyalah hukum rimba, siapalah yang kuat
dia yang berkuasa dan siapa yang menang dia yang berkuasa. Mereka sudak
tidak menjadikan ajaran para nabi terdahulu sebagai pedoman hidupnya.
Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab jahiliyah yang menyembah
malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in serta menyembah
matahari, bulan, dan jin yang diperbuat oleh sebagian masyarakat di luar
kota Mekah. Dalam situasi inilah Allah SWT mengutus nabi Muhammad SAW
untuk menyampaikan dakwah ajaran Islam.
b. Substansi dan strategi dakwah Rasulullah Saw Periode Makkah
1) Substansi dakwah Rasulullah SAW
Substansi ajaran Islam periode Makkah, yang didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah sebagai berikut :
a) Keesaan Allah SWT
Islam mengajarkan bahwa pencipta dan pemelihara alam semesta adalah
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Allah SWT tempat bergantung segala apa
saja dan makhluk-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak
ada selain Allah SWT, yang menyamai-Nya (baca dan pelajari QS.
A1-Ikhlas, 112: 1-4).
Umat manusia harus beribadah atau menghambakan diri hanya kepada Allah
SWT. Beribadah atau menyembah kepada selain Allah SWT, termasuk ke dalam
perilaku syirik, yang hukumnya haram, dan merupakan dosa yang paling
besar (lihat Q.S An-Nisa’, 4: 48).
b) Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
Islam mengajarkan bahwa mati yang dialami oleh setiap manusia, bukanlah
akhir kehidupan, tetapi merupakan awal dan kehidupan yang panjang, yakni
kehidupan di alam kubur dan di alam akhirat.
Manusia yang ketika di dunianya taat beribadah, giat beramal saleh, dan
senantiasa berbudi pekerti yang terpuji, tentu akan memperoleh balasan
yang menyenangkan. Di alam kubur akan memperoleh berbagai kenikmatan dan
di alam akhirat akan ditempatkan di surga yang penuh dengan hal-hal
yang memuaskan. Tetapi manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada
Allah SWT dan banyak berbuat jahat, tentu setelah matinya akan mendapat
siksa kubur dan dicampakkan ke dalam neraka yang penuh dengan berbagai
macam siksaan. (Baca dan pelajari Q.S. Al-Qari’ah, 101: 1-11)
c) Kesucian jiwa
Islam menyerukan umat manusia agar senantiasa berusaha menyucikan
jiwanya dan melarang keras mengotorinya. Seseorang dianggap suci jiwanya
apabila selama hayat di kandung badan senantiasa beriman dan bertakwa
atau meninggalkan segala perbuatan dosa, dan dianggap mengotori jiwanya
apabila durhaka pada Allah SWT dan banyak berbuat dosa.
Sungguh beruntung orang yang senantiasa memelihara kesucian jiwanya, dan
alangkah ruginva orang yang mengotori jiwanya (baca Q.S. Asy-Syams, 91:
9-10).
Artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.
d) Persaudaraan dan Persatuan
Persaudaraan mempunyai hubungan yang erat dengan persatuan, bahkan persaudaraan landasan bagi terwujudnya
persatuan.Islam
mengajarkan bahwa sesama orang beriman adalah bersaudara. Mereka
dituntut untuk saling mencintai dan sayang-menyayangi, di bawah naungan
rida Ilahi. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak dianggap beriman seorang
Muslim di antara kamu, sehingga ia mencintai saudaranya, seperti
rnencintai dirinya.” (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i).
Selain itu sesama umat Islam, hendaknya saling menolong dalam kebaikan
dan ketakwaan, jangan sekali-kali tolong-menolong dalam dosa serta
permusuhan. Jangan saling menganiaya dan jangan pula membiarkan
saudaranya yang teraniaya tanpa diberikan pertolongan. Sedangkan umat
Islam yang mampu disuruh untuk memberikan pertolongan kepada saudaranya
yang du’afa, yakni para fakir miskin dan anak-anak yatim telantar (baca
dan pelajari Q.S. Al-Ma’un, 107: 1-7).
2) Strategi dakwah Rasulullah SAW.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat
Arab meninggalkan kejahiliahannya di bidang agama, moral, dan hukum.
Sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan Nabi Muhammad
SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Jika masyarakat Arab telah mengamalkan seluruh
ajaran Islam dengan niat ikhlas karena Allah SWT dan sesuai dengan
petunjuk-petunjuk Rasulullah SAW, tentu mereka akan memperoleh
keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
Adapun strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan
yang luhur tersebut sebagai berikut:
a) Dakwah secara sembunyi-sembunyi selama 3-4 tahun.
Cara ini ditempuh oleh Rasulullah SAW karena beliau begitu yakin, bahwa
masyarakat Arab jahiliah, masih sangat kuat mempertahankan kepercayaan
dan tradisi warisan leluhur mereka. Sehingga mereka bersedia berperang
dan rela mati dalam mempertahankannya. Pada masa dakwah secara
sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam,
orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan
kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi
seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah : Khadijah binti Khuwailid
(istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu
Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya,
waktu masuk Islam ia baru berusia 10 tahun), Zaid bin Haritsah (anak
angkat Rasulullah SAW, wafat tahun 8 H = 625 M), Abu Bakar Ash-Shiddiq
(sahabat dekat Rasulullah SAW, yang hidup dan tahun 573 – 634 M), dan
Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).
Sesuai dengan ajaran Islam, bahwa berdakwah bukan hanya kewajiban
Rasulullah SAW, tetapi juga kewajiban para pengikutnya (umat Islam),
maka Abu Bakar Ash-Shiddiq, seorang saudagar kaya, yang dihormati dan
disegani banyak orang. Karena budi bahasanya yang halus, ilmu
pengetahuannya yang luas, dan pandai bergaul telah meneladani
Rasuliillah SAW, yakni berdakwah secara sembunyi-sembunyi.
Usaha dak’wah Abu Bakar Ash-Shiddiq berhasil karena ternyata beberapa
orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah :
(1) Abdul Amar dari Bani Zuhrah, Abdul Amar berarti hamba milik si Amar.
Karena Islam melarang perbudakan, kemudian nama itu diganti oleh
Rasulullah SAW menjadi Abdurrahman bin Auf, yang artinya hamba Allah SWT
Yang Maha Pengasih.
(2) Abu Ubaidah bin Jarrah dan Bani Hari.
(3) Utsman bin Affan.
(4) Zubair bin Awam.
(5) Sa’ad bin Ahu Waqqas.
(6) Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi,
yang namanya sudah disebutkan di atas disebut Assabiqunal Awwalun
(pemeluk Islam generasi awal).
b) Dakwah Secara terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari
kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT
agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut
berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216 (coba kamu cari dan pelajari).
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebagai berikut :
1) Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri
jamuan makan dan mengajak mereka agar masuk Islam. Tetapi karena cahaya
hidayah Allah SWT waktu itu belum menyinari hati mereka, mereka belum
menerima Islam sebagai agama mereka. Namun ada 3 orang kerabat dari
kalangan Bani Hasyim yang sebenarnya sudah masuk Islam, tetapi
merahasiakan keislamannya, pada waktu itu dengan tegas menyatakan
keislamannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib,
dan Zaid bin Haritsah.
2) Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang
berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul Bukit
Shafa, yang letaknya tidak jauh dan Ka’bah. Rasulullah SAW memberi
peringatan kepada semua yang hadir agar segera meninggalkan penyembahan
terhadap berhala-berhala dan hanya menyembah atau menghambakan diri
kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta dan Pemelihara alam
semesta. Rasulullah SAW juga menegaskan, jika peringatan yang
disampaikannya itu dilaksanakan tentu akan meraih rida Ilahi bahagia di
dunia dan di akhirat. Tetapi apabila peringatan itu diabaikan tentu akan
mendapat murka Allah SWT, sengsara di dunia dan di akhirat.
Menanggapi dakwah Rasulullah SAW tersebut di antara yang hadir ada
kelompok yang menolak disertai teriakan dan ejekan, ada kelompok yang
diam saja lalu pulang. Bahkan Abu Lahab, bukan hanya mengejek tetapi
berteriak-teriak bahwa Muhammad orang gila, seraya ia berkata “Celakalah
engkau Muhammad, untuk inikah engkau mengumpulkan kami?” Sebagai
balasan terhadap kutukan Abu Lahab itu turunlah ayat Al- Qur’an yang
berisi kutukan Allah SWT terhadap Abu Lahab, yakni Surat Al-Lahab, 111:
1-5 (coba kamu cari dan pelajari ayat Al-Qur’an tersebut).
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan
diri masuk Islam dua orang kuat dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu
Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah
bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian sedangkan
Umar bin Khattab (581-644 M), tidak lama setelah sebagian kaum Muslimin
berhijrah ke Habasyah atau Ethiopia pada tahun 615 M.
3) Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di
luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang
masuk Islam antara lain :
(a) Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dan kaum Giffar, yang bertempat
tinggal di sebelah barat laut Mekah atau tidak jauh dari laut Merah,
menyatakan diri di hadapan Rasulullah SAW masuk Islam. Keislamannya itu
kemudian diikuti oleh kaumnya.
(b) Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus
yang bertempat tinggal di wilayah barat kota Mekah, menyatakan diri
masuk Islam di hadapan Rasulullah SAW. Keislamannya itu diikuti oleh
bapak, istri, keluarganya, serta kaumnya.
(c) Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yatsrib (Madinah), yang
datang ke Mekah untuk berziarah nampak berhasil. Berkat cahaya hidayah
Allah SWT, para penduduk Yatsrib, secara bergelombang telah masuk Islam
di hadapan Rasulullah SAW. Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk
Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun
621 M, sebanyak 13 orang dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya
lebih banyak lagi.
Pada gelombang ketiga ini telah datang ke Mekah untuk berziarah dan
menemui Rasulullah SAW, umat Islam penduduk Yatsrib yang jumlahnya
mencapai 73 orang di antaranya 2 orang wanita. Waktu itu ikut pula
berziarah ke Mekah, orang-orang Yatsrib yang belum masuk Islam. Di
antaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah, yang
kemudian menyatakan diri masuk Islam di hadapan Rasulullah SAW.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga
ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul
Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam
Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan membela Rasulullah SAW.
Walaupun untuk itu mereka harus mengorbankan tenaga, harta, bahkan jiwa.
Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya
agar berhijrah ke Yatsrib.
Setelah terjadinya peristiwa Bai’atul Aqabah itu, kemudian Rasulullah
SAW menyuruh para sahabatnya yakni orang-orang Islam yang bertempat
tinggal di Mekah, untuk segera berhijrah ke Yatsrib. Para sahabat Nabi
SAW melaksanakan suruhan Rasulullah SAW tersebut. Mereka berhijrah ke
Yatsrib secara diam-diam dan sedikit demi sedikit, sehingga dalam waktu
dua bulan sebanyak 150 orang umat Islam penduduk Mekah telah berhijrah
ke Yatsrib.
Sedangkan Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., dan Ali bin Abu
Thalib masih tetap tinggal di Mekah, menunggu perintah dari Allah SWT
untuk berhijrah. Setelah datang perintah dari Allah SWT, kemudian
Rasulullah SAW berhijrah bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.,
meninggalkan kota Mekah tempat kelahirannya menuju Yatsrib. Peristiwa
hijrah Rasulullah SAW ini terjadi pada awal bulan Rabiul Awal tahun
pertama hijrh (622 M). Sedangkan Ali bin Abu Thalib, tidak ikut
berhijrah bersama Rasulullah SAW, karena beliau disuruh Rasulullah SAW
untuk mengembalikan barang-barang orang lain yang dititipkan kepadanya.
Setelah perintah Rasulullah SAW itu dilaksanakan, kemudian Ali bin Abu
Thalib menvusul Rasulullah SAW berhijrah ke Yatsrib.
2. HIKMAH STRATEGI DAKWAH RASULULLAH PERIODE MAKKAH
Hikmah yang dapat diambil dari sejarah dakwah Rasulullah saw periode Mekah, antara lain sebagai berikut :
a. Menyadari bahwa melalui sifat sabar, ulet, lemah lembut dan tidak
merusak dalam menjalankan amar ma’ruf nahi munkar pasti akan mendapatkan
pertolongan Allah SWT
b. Menyadari dan memahami bahwa seorang rasul hanyalah bertugas
menyampaikan risalah dari Allah SWT. Seorang rasul tidak bisa memberi
petunjuk (hidayah) bahkan kepada keluarga dan orang yang dicintai
sekalipun. ( QS. 28 : 56 )
c. Memahami bahwa Allah SWT pasti akan menguji seseorang yang akan
terpilih menjadi utusan atau rasul-Nya. Oleh karena itu sangat wajar
bila sesorang ingin menjadi pemimpin atau menduduki jabatan tertentu
terlebih dahulu harus diuji.
d. Dapat mengambil contoh cara-cara berdakwah yang dilakukan nabi saw,
yaitu sangat bijaksana, pandai menggunakan kesempatan yang berharga,
dapat menarik perhatian orang tanpa menimbulkan kebosanan. Seperti yang
digambarkan dalam Surat an-Nahl : 125 sebagai berikut :
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah
danpengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk” (QS. An Nahl : 125)
e. Dapat meneladani Nabi SAW sebagai uswatun khasanah, artinya sikap
dan amal perbuatan beliau sehari-hari adalah teladan yang baik, terutama
terhadap ajaran Islam yang didakwahkannya, Firman Allah SWT :
Artinya : “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah” (QS. Al-Ahzab :
21 )
3. MENELADANI DAKWAH RASULULLAH PERIDE MAKKAH DI ERA MODERN
Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut :
a. Memahami perjuangan nabi Muhammad SAW dan meneladaninya serta ikut
serta mendakwahkan Islam sebagai tatanan kehidupan menusia agar mencapai
tujuan hidupnya, selamat dan sejahtera di dunia akhirat.
b. Melaksanakan ajaran Islam, yakni menjalankan rukun Islam dan
melestarikannya dalam kehidupan sehari-hari dilingkungannya
masing-masing dengan tidak memaksa orang lain ataui menghina
peribadatan/nama tuhan agama lain.
c. Melaksanakan dan melestarikan sunnah Rasulullah SAW yang tidak
bertentangan dengan Al Qur’an, sesuai dengan kemampuan masing-masing.
d. Konsisten dan komitmen men-Tuhankan Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa
dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Menyekutukan-Nya
adalah dosa besar yang tidak terampuni ( QS. An Nisa : 116 )
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan
(sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu)
dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”.
e. Senantiasa jihad di jalan Allah SWT, sebagaiman firmanNya :
Artinya : ”Maka janganlah engkau taati orang-orang kafir, dan
berjuanglah terhadap mereka dengannya (Al-Qur’an) dengan (semangat)
perjuangan yang besar” (QS. Al Furqan : 52)
KEMULIAAN NABI MUHAMMAD SAW
Kisah ini menceritakan tentang seorang wanita tua yang sangat membenci
Rasulullah SAW dan bahkan wanita ini sering kali menghina Rasulullah
SAW. Suatu hari wanita tua tersebut sedang berdiri di depan rumahnya.
Rupanya wanita tua itu sedang menunggu Rasulullah SAW, karena dia tahu
kalau Rasulullah SAW selalu melewati depan rumahnya ketika akan
melakukan ibadah di Masjidil Haram. Tidak lama kemudian tampak
Rasulullah SAW sedang berjalan dan wanita tua itu bersiap ingin
melakukan sesuatu terhadap beliau. Ketika Rasulullah SAW sampai di depan
rumahnya, wanita tua itu langsung meludahkan air liurnya dengan penuh
kebencian yang mendalam : “cuih…cuih…cuih..”.
Peristiwa ini selalu berulangkali terjadi setiap Rasulullah SAW melewati
depan rumah wanita tua itu dan bahkan hampir setiap hari wanita itu
melakukannya. Suatu saat seperti biasanya Rasulullah SAW pergi untuk
beribadah di Masjidil Haram dan seperti biasanya pula Rasulullah SAW
selalu melewati depan rumah wanita tua itu. Akan tetapi ketika
Rasulullah SAW tiba di depan rumah wanita tua itu, beliau tidak
melihatnya seperti biasa, sehingga beliau hari ini tidak meludahi
Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW berhenti sejenak sambil
melihat-lihat dan ternyata wanita itu memang tidak ada di depan
rumahnya. Rasulullah SAW pun menjadi kangen akan air ludah siwanita tua
tersebut dan karena penasaran, beliau lalu bertanya kepada seseorang
yang merupakan tetangga sebelah wanita itu.
“Wahai Fulan, tahukah engkau dimanakah wanita pemilik rumah ini, yang
setiap kali aku lewat selalu meludahiku? ”, kata Rasulullah SAW. Orang
yang ditanya itu heran, mengapa Rasulullah SAW menanyakan wanita yang
sering meludahi beliau. Namun akhirnya orang itu tidak ambil peduli dan
langsung menjawab pertanyaan Rasulullah SAW : “ Wahai Muhammad…Apakah
engkau tidak mengetahui, bahwa si wanita yang engkau tanyakan dan yang
biasa melidahimu, sudah beberapa hari ini dia sedang terbaring sakit ?
”. Mendengar jawaban dari orang itu Rasulullah SAW mengangguk-angguk,
kemudian beliau melanjutkan perjalanannya untuk melaksanakan ibadah di
depan Ka’bah. Setelah sekembalinya dari ibadah, Rasulullah SAW
menyempatkan diri untuk mampir dan menjenguk wanita si peludah itu yang
dalam keadaan sakit. Wanita tua itu kaget dan ada perasaan takut dalam
dirinya ketika dia mengetahui, bahwa Rasulullah SAW orang yang setiap
hari dia ludahi, justru malah menjenguk dirinya. Wanita tua itu menangis
dalam hati : “Duhai betapa luhur budinya manusia ini. Meskipun setiap
hari aku ludahi, justru dialah orang pertama yang menjenguk aku ”
Dengan perasaan haru dan menitikan air mata, wanita tersebut bertanya : “
Wahai Muhammad, mengapa engkau menjengukku, padahal tiap hari aku
meludahimu?”.
Rasulullah SAW menjawab : “ Aku yakin, engkau meludahiku karena engkau
belum mengetahui tentang kebenaranku. Jika engkau mengetahuinya, aku
yakin engkau tidak akan lagi melakukannya”. Mendengar ucapan yang sangat
bijak dari manusia mulia utusan Allah SWT ini, wanita itu langsung
menangis dan berkata : “ Wahai Muhammad, mulai saat ini aku bersaksi
untuk mengikuti agamamu “. Kemudian wanita itu mengucapkan dua kalimat
syahadat.
Subhanallah,,,,,,,,
Bagian terpenting yang menjadi fokus dakwah Rasulullah SAW periode Mekah dapat dilihat antara lain sebagai berikut.
1. Memperbaiki akhlak masyarakat Mekah yang mengalami dekadensi moral,
seperti tumbuh suburnya kebiasaan berjudi, minum Khamer, dan berzina.
2. Memperbaiki dan meluruskan cara menyembah Tuhan. Agama berhala
menyembah patung-patung. Rasulullah SAW mengajak untuk beralih pada
Islam yang hanya menyembah kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa serta
menjauhi sikap musyrik.
3. Menegakkan ajaran Islam tentang persamaan hak dan derajat di antara manusia.
4. Mengubah kebiasaan bertaklid kepada nenek moyang dan meluruskan
segala adat- istiadat, kepercayaan dan upacara-upacara keagamaan.
5. Nabi Muhammad SAW berdakwah dengan sabar, ikhlas, dan tegas di antaranya dengan tidak memaksakan kehendak dan lemah lembut.
6. Kebiasaan masyarakat jahiliyah sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW
sebagai rasul ialah terjadinya penyimpangan dalam semua bidang
kehidupan, baik yang berhubungan secara vertikal dengan sang pencipta
maupun hubungan secara horizontal yang menyangkut hubungan kehidupan
sesama manusia.
7. Substansi ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah sebagai berikut :
– Keesaan Allah SWT
– Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
– Kesucian jiwa
– Persaudaraan dan Persatuan
8. Strategi dakwah Rasululloh SAW periode Mekah :
– Secara diam-diam
– Secara terang terangan